Kenal Korea Selatan ?
Mungkin tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Korea Selatan adalah salah satu negara yang paling berhasil di dunia, baik itu dari segi ekonomi, social dan budaya, potitik, pertahanan maupun iptek.
Negara yang pernah hancur akibat penjajahan Jepang dan perang saudara ini (perang Korea), secara menakjubkan dapat bangkit menjadi negara teknologi dan perekonomian kelas utama dunia. Padahal kalau ditinjau dari segi kekayaan alam Korea Selatan adalah negara "miskin", yang tidak memiliki minyak bumi, hasil tambang, ataupun hasil hutan yang dapat diandalkan.
Sekarang pertanyaannya, mengapa Korea Selatan dapat meraih keberhasilan seperti itu ?
Sebenarnya cukup banyak jawabannya namun yang paling utama adalah rasa kebangsaan yang tinggi, rasa senasib dan sepenanggungan sesama warga negara, disiplin, kerja keras, serta kejujuran. Dari pengamatan dan pengalaman saya selama lebih 2 tahun tinggal di Korea Selatan (Seoul), saya menemukan bahwa keenam poin diatas merupakan "kunci utama" keberhasilan bangsa Korea Selatan.
Rasa Kebangsaan yang tinggi :
Masyarakat Korea Selatan adalah orang-orang yang memiliki rasa kebangsaan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan mereka sehari-hari baik di negaranya sendiri maupun dinegara orang.
1. Bahasa.
Warga Korea akan selalu menggunakan bahasa ibu mereka dimanapun mereka berada. Mungkin jumlah orang dan kemampuan berbahasa asing , terutama bahasa Inggris warga Korea Selatan memang masih lebih rendah dari warga Indonesia (menurut hasil penelitian yang pernah diterbitkan). Namun ini tidak berarti bahwa mereka "tidak mampu". Hal lebih dikarenakan oleh rasa kebangsaan mereka yang kuat, dimana ada suatu keinginan bahwa orang lainlah yang mempelajari bahwa mereka. Memang rasa kebangsaan yang berlebihan dapat menyebabkan "ketertutupan" atau "antipati" atau bahkan kecurigaan" terhadap orang lain.
2. Produk.
Cinta produk dalam negeri. Warga Korea sangat membanggakan produk mereka. Hampir semua produk yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat sudah dapat dipastikan adalah produk Korea. Apakah produk asing ada ? Ya, ada. Produk Eropa atau Amerika harganya sangat mahal, sementara produk Cina dipandang kalah bersaing dengan produk dalam negeri. Nah, "proteksi perdagangan" juga menjadi salah satu "penyebab" rasa cinta produk dalam negeri ini. Produk dari Amerika atau Eropa biasanya dikenakan pajak yang tinggi. Maka jangan heran, jika mobil atau produk lainnya dari Amerika atau Eropa lebih mudah ditemukan di Jakarta. Bagaimana dengan warga Korea Selatan yang tinggal di luar negeri. Mereka juga akan berusaha menggunakan produk dalam negeri mereka.
Partisipasi media Korea Selatan dalam mempromosikan produk dalam negeri juga memberi dampak positif pada peningkatan cinta produk Korea.
Rasa senasib sepenanggungan :
Hal ini dapat dilihat dari sifat tolong-menolong sesama warga yang sudah berlangsung dari dulu.
Pada saat krisis moneter tahun 1997 lalu, pemerintah dan rakyat bahu-membahu untuk mengatasi krisis yang melanda Korea saat itu. Masyarakat secara sukarela mengumpulkan emas milik mereka untuk digunakan mengatasi krisis. Untuk tahun ini, krisis keuangan global 2008, masih dipertanyakan, karena nampaknya pemerintah masih mampu mengatasinya.
Menjelang musim dingin ada yang disebut Kimjang, yaitu kegiatan untuk membuat kimchi sebagai persedian untuk selama musim dingin. Nah, biasa pemerintah atau lembaga-lembaga sosial akan mengadakan acara Kimjang secara besar-besaran, dimana hasilnya akan disumbangkan kepada keluarga yang kurang beruntung, atau lansia yang tinggal sendirian.
Tentunya masih ada contoh-contoh lainnya.
Namun, apa semua orang Korea memiliki jiwa sosial yang tinggi ? Jawabnya, tidak juga !
Katakan untuk urusan pengemis, disini nampaknya sulit bagi seseorang untuk memberikan uang buat pengemis. Nilai uang yang dicari dengan hasil keringat sendiri cukup besar bagi seorang warga Korea, sehingga sulit untuk mengeluarkannya tanpa "alasan yang jelas".
Disiplin:
Warga Korea Selatan juga dikenal sebagai masyarakat yang memiliki disiplin yang tinggi (memang tidak semuanya). Hal ini cukup dapat terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya jam masuk dan keluar kantor tepat waktu (alasan macet akibat hujan, banjir dll, tidak diterima) naik-turun bus selalu dihalte, menyeberang ditempat penyeberangan, tidak menerobos lampu merah, membuang sampah ditempatnya, dll.
Apa semuanya disiplin ? Tidak ! Tapi kalau kita buat perbandingan dengan di negara sendiri, mungkin sangat-sangat jauh sekali perbedaannya. Mungkin bisa dikatakan, di Korea perbandingan antara yang disiplin dengan tidak adalah 7:3, sementara kalau di Indonesia adalah sebaliknya 3:7.
Kerja Keras :
Keinginan untuk keluar dari penderitaan, maju bahkan menjadi negara kelas atas dunia menjadikan warga Korea menjadi masyarakat pekerja keras. Coba bayangkan, negara yang pernah dijajah Jepang serta mengalami kehancuran akibat perang saudara ini dapat bangkit menjadi negara dengan kekuatan ekonomi dan teknologi yang diakui di dunia. Semua ini dicapai tentunya dengan kerja keras. Korea Selatan sebagai negara pengimpor minyak dan sumber alamnya lainnya, mampu mencapai GNP 20.000 dolar. Bandingkan dengan negara kita, yang kekayaan alamnya sangat melimpah.
Kerja keras juga yang dapat menjadikan Korea Selatan menjadi negara teknologi yang produknya tentu sudah masuk kedalam rumah anda.
Disini, kerja keras=hidup, mau hidup, harus kerja, (ngamen tidak dianggap sebagai pekerjaan).
Makanya untuk dapat hidup, karena tidak kuat bersaing lagi, orang yang sudah tua ada yang menjadi pengumpul koran atau kardus bekas (pemulung).
Artinya, disini juga banyak orang yang menjadi pemulung atau gelandangan yang tidur distasiun kereta bawah tanah. Namun sekali lagi kalau dihitung-hitung, jumlah mereka nggak sampai sebanyak yang tinggal dipinggir rel kereta Senen kali ....
Kejujuran :
Korea Selatan juga termasuk dalam kelompok negara dengan tingkat kejujuran yang tinggi.
Dari hasil sebuah penelitian ditemukan bahwa, dari 10 ponsel yang sengaja ditinggalkan di bus, kereta atau tempat-tempat umum lainnya, 8 buah dikembalikan. Kalau penelitian ini di lakukan di Indonesia terutama kota-kota besarnya saya kurang yakin apakah akan ada ponsel yang akan dikembalikan. Maaf iya ! Ini sudah menjadi kenyataan. Mungki anda juga pernah mengalami. Ponsel yang tersimpan rapi dalam tas-pun bisa raib, apalagi sengaja ditinggalkan begitu saja.
Kembali lagi apakah semuanya jujur ? Ya.. tidaklah ! Tapi perbandingannya, seperti yang saya gambarkan diatas itu tadi.
Friday, November 21, 2008
Thursday, August 28, 2008
Indonesia Celebrates 63rd Anniversary
On August 17, 2008 Indonesia celebrated its 63rd Independence Day. The Independence Day has been tradionally celebrated by the people of Indonesia every year, whether they live in Indonesia atau out side the country.
In Seoul, South Korea, the Indonesian Embassy conducted the flag hoisting ceremony which was attended by hundreds of Indonesians who live in Seoul and its surroundings. The ceremony ended for about 30 minutes. As usual the ceremony itself was not interesting for the people but the events after the ceremony.
During the "tujuhbelasan" (August 17 celebration), the people of Indonesia are used to organizing events such as tarik tambang (rope pulling), panjat pinang (greasy palm climbing), balap karung (sack racing), makan kerupuk (chips eating), memasukkan paku dalam botol (putting nails into botles) etc, the last two events are usually for children aged below 15.
The Indonesian Embassy in Seoul also organized these events. The Indonesian people, the staff of the embassy and their families, students, workers, mix-marriage families and others came together to participate in this year Independence Celebration. They were really happy to take part in every events, because it could cure their longing to their home country.
Since the position for ambassador has been empty for quiet a long time, so the ad hoc for trade mr. Koster Gulton led the "pemotongan nasi tumpeng" (cutting the cone-shape yellow rice), which is usually provided during specific ceremony. Then, all the people who came at the day had lunch toghether. It said the food was cooked by some of the wives of the embassy's staff.
For me, the event after the lunch was the most interesting one. The embassy's band and a group of Indonesian workers' Campur Sari Music entertained the people. A group of aged Koreans were also played Angklung, Indonesia's Bamboo Musical Instrument. The People did not only sing but also twisted their body (joget) followed the music played. Every looked happy at that day.
Happy Anniversary Indonesia !
Sunday, July 27, 2008
Gyeongbokgung
Gyeongbokgung or Gyeongbok Palace was the main and largest palace of the Joseon Dynasty and one of the five Grand Palaces ( Gyeongbokgung, Gyeonhuigung, Deoksugung, Changgyeonggung, and Chandeokgung) built by the Joseon Dynasty. Gyeongbok Palace is located in northern Seoul, and can be reached by subway line no. 3 exit 5.
Gyeongbok-gung "shinning happines" palace originally constructed by King Taejo in 1394 as atribute to permanent happines and prosperity of Korea's Kings, their children and people.
There are tens of buildings on the site and each has its own functions. The main gate is guarded by the palace's guards who wear traditional-colorful dress. The changing of the Guard Ceremony is one of the most interesting attraction for tourists.
Visitors can take photo with them, or try to wear the dress like a guard , which have been provided by the palace 's manager on the left side of the main gate. Through the main gate, you can see Geunjeongjeon, the throne hall of the king. The other buildings are Gyeonghoenu pavillion, Gangyeongjeong, Jangyeongjeon and also National Museum.
You can enjoy all the attractions on the site by paying 3000 won for adult (19-64 years) and 1500 won for Children (7-18). Children below 7 years or senior citizens more then 64 years old are free.
Friday, July 25, 2008
Finding your taste in Ansan
Ansan is a small city in Gyeonggi Province, south of Seoul. It takes more than 1 hour from Seoul Subway station (line 4) to reach this place. Ansan is quiet popular for foreigners especially who are from China, Vietnam, Mongolia, Philipine and Indonesia etc. This industrial city is a home to many small and medium industries.
And most of the factories in this area hire workers from those countries. Since the number of foreign wokers increases from year to year, many Koreans start new business by opening restaurants which offer specific food of each country, like Restoran Nusantara which offers Indonesia food, Vietnamese restaurant, Chinese restaurant etc. Besides, they also run grocery stores which sell food, drinks, ingredients and some things which can "cure" their longings to their home countries.
I have been living in Korea for 2 years, and my family is still in Jakarta. I take a leave and return to Jakarta once a year, for three weeks. It means, I can taste Indonesian food only during my stay in Jakarta. However, last year a friend of mine asked me if I wanted to eat Indonesian food. And I said "yes". Then, he took me Ansan and introduced several Indonesia restaurants, and several grocery stores. You know...I was so happy at that time. And now I regularly visit Ansan when I want to eat Indonesian food.
Now..how does Ansan's administration deals with the growing number of foreigners in the city. In my opinion, Ansan's government pay good attention to the existence of foreigners in its administration. The government of Ansan has provided some facilities such as; Foreign Worker Welfare Center, Consultation Office for Foreigners, Cultural Center, Education Center etc. A local bank has also established network with some banks in the countries where the foreign wokers are from. Thus, the foreign workers can send money to their family in their home countries.
Subscribe to:
Posts (Atom)