Friday, November 21, 2008

Kunci Keberhasilan Korea Selatan

Kenal Korea Selatan ?
Mungkin tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa Korea Selatan adalah salah satu negara yang paling berhasil di dunia, baik itu dari segi ekonomi, social dan budaya, potitik, pertahanan maupun iptek.
Negara yang pernah hancur akibat penjajahan Jepang dan perang saudara ini (perang Korea), secara menakjubkan dapat bangkit menjadi negara teknologi dan perekonomian kelas utama dunia. Padahal kalau ditinjau dari segi kekayaan alam Korea Selatan adalah negara "miskin", yang tidak memiliki minyak bumi, hasil tambang, ataupun hasil hutan yang dapat diandalkan.

Sekarang pertanyaannya, mengapa Korea Selatan dapat meraih keberhasilan seperti itu ?
Sebenarnya cukup banyak jawabannya namun yang paling utama adalah rasa kebangsaan yang tinggi, rasa senasib dan sepenanggungan sesama warga negara, disiplin, kerja keras, serta kejujuran. Dari pengamatan dan pengalaman saya selama lebih 2 tahun tinggal di Korea Selatan (Seoul), saya menemukan bahwa keenam poin diatas merupakan "kunci utama" keberhasilan bangsa Korea Selatan.

Rasa Kebangsaan yang tinggi :

Masyarakat Korea Selatan adalah orang-orang yang memiliki rasa kebangsaan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan mereka sehari-hari baik di negaranya sendiri maupun dinegara orang.
1. Bahasa.
Warga Korea akan selalu menggunakan bahasa ibu mereka dimanapun mereka berada. Mungkin jumlah orang dan kemampuan berbahasa asing , terutama bahasa Inggris warga Korea Selatan memang masih lebih rendah dari warga Indonesia (menurut hasil penelitian yang pernah diterbitkan). Namun ini tidak berarti bahwa mereka "tidak mampu". Hal lebih dikarenakan oleh rasa kebangsaan mereka yang kuat, dimana ada suatu keinginan bahwa orang lainlah yang mempelajari bahwa mereka. Memang rasa kebangsaan yang berlebihan dapat menyebabkan "ketertutupan" atau "antipati" atau bahkan kecurigaan" terhadap orang lain.

2. Produk.
Cinta produk dalam negeri. Warga Korea sangat membanggakan produk mereka. Hampir semua produk yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat sudah dapat dipastikan adalah produk Korea. Apakah produk asing ada ? Ya, ada. Produk Eropa atau Amerika harganya sangat mahal, sementara produk Cina dipandang kalah bersaing dengan produk dalam negeri. Nah, "proteksi perdagangan" juga menjadi salah satu "penyebab" rasa cinta produk dalam negeri ini. Produk dari Amerika atau Eropa biasanya dikenakan pajak yang tinggi. Maka jangan heran, jika mobil atau produk lainnya dari Amerika atau Eropa lebih mudah ditemukan di Jakarta. Bagaimana dengan warga Korea Selatan yang tinggal di luar negeri. Mereka juga akan berusaha menggunakan produk dalam negeri mereka.

Partisipasi media Korea Selatan dalam mempromosikan produk dalam negeri juga memberi dampak positif pada peningkatan cinta produk Korea.



Rasa senasib sepenanggungan :



Hal ini dapat dilihat dari sifat tolong-menolong sesama warga yang sudah berlangsung dari dulu.

Pada saat krisis moneter tahun 1997 lalu, pemerintah dan rakyat bahu-membahu untuk mengatasi krisis yang melanda Korea saat itu. Masyarakat secara sukarela mengumpulkan emas milik mereka untuk digunakan mengatasi krisis. Untuk tahun ini, krisis keuangan global 2008, masih dipertanyakan, karena nampaknya pemerintah masih mampu mengatasinya.



Menjelang musim dingin ada yang disebut Kimjang, yaitu kegiatan untuk membuat kimchi sebagai persedian untuk selama musim dingin. Nah, biasa pemerintah atau lembaga-lembaga sosial akan mengadakan acara Kimjang secara besar-besaran, dimana hasilnya akan disumbangkan kepada keluarga yang kurang beruntung, atau lansia yang tinggal sendirian.

Tentunya masih ada contoh-contoh lainnya.

Namun, apa semua orang Korea memiliki jiwa sosial yang tinggi ? Jawabnya, tidak juga !

Katakan untuk urusan pengemis, disini nampaknya sulit bagi seseorang untuk memberikan uang buat pengemis. Nilai uang yang dicari dengan hasil keringat sendiri cukup besar bagi seorang warga Korea, sehingga sulit untuk mengeluarkannya tanpa "alasan yang jelas".



Disiplin:

Warga Korea Selatan juga dikenal sebagai masyarakat yang memiliki disiplin yang tinggi (memang tidak semuanya). Hal ini cukup dapat terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya jam masuk dan keluar kantor tepat waktu (alasan macet akibat hujan, banjir dll, tidak diterima) naik-turun bus selalu dihalte, menyeberang ditempat penyeberangan, tidak menerobos lampu merah, membuang sampah ditempatnya, dll.

Apa semuanya disiplin ? Tidak ! Tapi kalau kita buat perbandingan dengan di negara sendiri, mungkin sangat-sangat jauh sekali perbedaannya. Mungkin bisa dikatakan, di Korea perbandingan antara yang disiplin dengan tidak adalah 7:3, sementara kalau di Indonesia adalah sebaliknya 3:7.



Kerja Keras :

Keinginan untuk keluar dari penderitaan, maju bahkan menjadi negara kelas atas dunia menjadikan warga Korea menjadi masyarakat pekerja keras. Coba bayangkan, negara yang pernah dijajah Jepang serta mengalami kehancuran akibat perang saudara ini dapat bangkit menjadi negara dengan kekuatan ekonomi dan teknologi yang diakui di dunia. Semua ini dicapai tentunya dengan kerja keras. Korea Selatan sebagai negara pengimpor minyak dan sumber alamnya lainnya, mampu mencapai GNP 20.000 dolar. Bandingkan dengan negara kita, yang kekayaan alamnya sangat melimpah.

Kerja keras juga yang dapat menjadikan Korea Selatan menjadi negara teknologi yang produknya tentu sudah masuk kedalam rumah anda.

Disini, kerja keras=hidup, mau hidup, harus kerja, (ngamen tidak dianggap sebagai pekerjaan).

Makanya untuk dapat hidup, karena tidak kuat bersaing lagi, orang yang sudah tua ada yang menjadi pengumpul koran atau kardus bekas (pemulung).

Artinya, disini juga banyak orang yang menjadi pemulung atau gelandangan yang tidur distasiun kereta bawah tanah. Namun sekali lagi kalau dihitung-hitung, jumlah mereka nggak sampai sebanyak yang tinggal dipinggir rel kereta Senen kali ....



Kejujuran :

Korea Selatan juga termasuk dalam kelompok negara dengan tingkat kejujuran yang tinggi.

Dari hasil sebuah penelitian ditemukan bahwa, dari 10 ponsel yang sengaja ditinggalkan di bus, kereta atau tempat-tempat umum lainnya, 8 buah dikembalikan. Kalau penelitian ini di lakukan di Indonesia terutama kota-kota besarnya saya kurang yakin apakah akan ada ponsel yang akan dikembalikan. Maaf iya ! Ini sudah menjadi kenyataan. Mungki anda juga pernah mengalami. Ponsel yang tersimpan rapi dalam tas-pun bisa raib, apalagi sengaja ditinggalkan begitu saja.

Kembali lagi apakah semuanya jujur ? Ya.. tidaklah ! Tapi perbandingannya, seperti yang saya gambarkan diatas itu tadi.

2 comments:

Anonymous said...

Saya sangat setuju dengan anda memang perbedaan yang jauh sekali dengan bangsa kita yang katanya religius, buktinya mana?

Pencinta Korea said...

Satu hal yang saya tau tentang sifat orang korea selain yang sudah disebutkan adalah sangat menghormati orang yang lebih tua dari mereka, sehingga mereka memiliki kebiasaan merokok yang berbeda jika berada satu meja dengan orang yang lebih tua. Kita tidak salah jika mau mengikuti jejak mereka, selain berista disiplin, giat kerja keras, memiliki integritas dan nasionalisme yang tinggi, sehingga sosok bangsa bermartabat dapat kembali dalam genggaman...