Tuesday, November 17, 2009

Bhineka Tunggal Ika, Pusaka Abadi Nan-Jaya

"Indonesia tanah air beta, pusaka abadi nan-jaya. Indonesia sejak dulu kala selalu dipuja-puja bangsa". Itulah sepenggal syair lagu yang "mungkin" sebagian besar rakyat Indonesia sudah hafal dan paling tidak pernah mendengarnya.
Namun pertanyaannya sekarang adalah, benarkah Indonesia (budayanya) masih menjadi pusaka bagi rakyatnya, benarkah Indonesia masih dipuja-puja bangsa dengan kondisinya saat ini ? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing yang masih mengaggap dirinya anak bangsa.
Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan William Wongso dan Obin, dua orang putra-putri bangsa yang tentu sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia. William Wongso dengan resep masakannya, dan Obin dengan kain tenunannya.
Kami bertemu di Seoul, Korea Selatan karena mereka sedang menjalankan urusan masing-masing.
William Wongso datang ke Seoul karena diangkat sebagai duta promosi wisata Korea, hal ini berangkat dari acara tayangan Cita Rasa William Wongso disebuah stasiun tv di Indonesia.
Dengan pengangkatan itu William Wongso akan mempromosikan masakan Korea di Indonesia melalui acara tv tersebut, (bukan masakan Indonesia di Korea).
Sementara itu Obin datang ke Seoul untuk mempersiapkan sebuah pameran hasil karyanya yaitu kain tenunan dan batik yang sudah dijadikan sebagai warisan budaya internasional oleh UNESCO.
Menurut saya kedua orang ini sangat berpotensi untuk mempromosikan Indonesia (kebudayaannya) ke masyarakat global. Dan... saya yakin masih banyak anak-anak bangsa yang memiliki kemampuan dan keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai "pusaka abadi nan-jaya yang dipuja-puja bangsa".
Satu hal yang menarik dari jawaban kedua orang ini, ketika saya tanyakan tentang kepedulian pemerintah dalam melestarikan sekaligus mempromosikan budaya nasional. Mereka menjawab, pemerintah Indonesia sudah terlalu sibuk jadi alangkah baiknya jika kita (anak bangsa) tidak terlalu menggantung harapan pada pemerintah. Mungkin ada benarnya, walaupun tidak 100%.
Saya masih ingat, seorang mantan menteri pariwisata Indonesia era presiden Soeharto pernah mengatakan Indonesia sangat kaya akan budaya dan luas wilayah. Jika peta Indonesia di letakkan di atas peta Eropa, maka Indonesia sama dengan 30 negara di Eropa. Artinya, jika semua tradisi-budaya itu digali, dilestarikan sekaligus dipromosikan, maka semua itu menjadi "kekuatan pemersatu" sekaligus "sumber pendapatan nasional". Kita harus dapat menjelaskan bahwa "suku batak" itu berbeda dengan "suku jawa", sama berbedanya antara "orang Inggris" dengan "orang Jerman". Bahasa suku Asmat di Irian Jaya sangat berbeda dengan bahasa Aceh, seperti halnya bahasa Prancis dan bahasa Rusia. Rasa masakan orang Ujung Pandang di Sulawesi berbeda dengan Pontianak di Kalimantan, seperti halnya Italia dan Turki, dsb.
Namun semua perbedaan ini di kemas dalam satu wadah yang bernama "Negara Kesatuan Republik Indonesia". Kalau begitu apa yang kurang ??? Tidak ada yang kurang !!! Tinggal bagaimana kita mengelolanya, serta mendidik generasi muda kita untuk lebih mengenal, mencintai dan peduli tradisi-budaya bangsa, sehingga Bhineka Tunggal Ika dan lagu Indonesia Tanah Air Beta, buka hanya simbol dan retorika belaka.

Tuesday, November 10, 2009

Ujian Masuk Universitas Perjuangan "hidup-mati" bagi Pelajar Korea

Pendidikan adalah salah satu modal yang sangat penting dalam menggapai cita-cita atau menjalani hidup ini. Walaupun kadang kala keberhasilan seseorang itu tidak sejalan dengan latar belakang pendidikan yang dia miliki. Misalnya seorang dokter menjadi pegawai bank atau seorang insinyur sipil menjadi juru masak di hotel berbintang . Hal-hal seperti ini tidak jarang kita temukan dalam masyarakat. Nah...itulah kehidupan...
Tapi satu hal yang jelas adalah pendidikan itu penting !!! Anda pasti setuju !!!
Nah bicara tentang betapa pentingnya pendidikan itu, di Korea banyak orangtua yang sudah mempersiapkan anak-anak mereka mulai dari Sekolah Dasar hingga SMU agar dapat memasuki perguruan tinggi bergengsi.
Anak-anak yang masih membutuhkan waktu bermain itu di "genjot" dengan berbagai aktifitas yang para orangtua yakini akan membantu anak-anak mereka untuk masuk universitas. Anak-anak SD akan dibebani dengan berbagai pendidikan tambahan dengan belajar di kursus (Hagwon). Aktifitas mereka di sekolah dimulai pukul 8.30 dan akan kembali kerumah setelah malam sekitar pukul 7.00 atau 8.00. Itu untuk anak SD, anda tentu bisa bayangkan bagaimana beban yang diterima pelajar SLTP atau SMU. Mereka banyak yang stress.....Itulah kenyataan yang ada. Ini Korea !!! Perjuangan mereka adalah bagaimana caranya agar bisa diterima di perguruan tinggi. Ya, belajar dan belajar keras.....
Sebagai info tambahan sistem pendidikan dasar, menengah dan atas di Korea sedikit agak berbeda dengan di Indonesia. Kalau di Indonesia ada ujian naik kelas, dan ada juga ujian kelulusan yang SD, SMP dan SMU, namun di Korea ujian seperti boleh dikatakan tidak ada. Naik kelas dan lulus 100%. Nah...tantangannya adalah ketika mau masuk universitas itu !!! Ketika masih duduk di kelas tiga SMU semester kedua mereka sudah ikut ujian masuk universitas. Hasil ujian itulah yang akan menentukan apakah mereka akan diterima atau tidak, kalau diterima di universitas mana?. Nilai yang diperoleh menjadi penentu, kalau tinggi...katakan A atau A+ maka akan lebih leluasa memilih universitas, tapi kalau dibawah standar nasional ya...wassalam...
Sebegitu pentingnya ujian masuk universitas di Korea, sehingga pada hari itu jam masuk kantor ditunda 1 jam, untuk menghindari kemacetan, kendaraan militer juga disiapkan untuk membantu kalau ada mahasiswa yang tidak mendapat alat transportasi, bahkan penerbangan juga mengalami perubahan jadwal atau jalur penerbangan untuk menghindari kebisingan. Bagaimana... gila nggak ??? Tapi inilah Korea...negara yang miskin sumber daya alam namun kaya sumber daya manusia. Kita bisa ? Insyaallah !!!