Anda pernah mendengar kata Makgeoli atau meminumnya?
Makgeoli adalah sejenis minuman tradisional Korea yang saat ini sedang gencar-gencarnya dipromosikan ke seluruh dunia, (katanya sih begitu..). Makgeoli adalah minuman keras tradisonal yang dihasilkan dari permentasi beras biasa bukan ketan, seperti tapai di Indonesia.
Jadi, dari segi rasa, ya tidak jauh berbeda dengan air tapai ketan. Perbedaannya hanya pada warna dan mungkin baunya. Warna Makgeoli agak sedih lebih putih dan baunya kurang begitu tajam, dan kadar alkoholnya sekitar 5%. Ini mungkin hanya karena cara pengolahan dan bahannya. Di Indonesia tapai ketan biasanya menggunakan ketan hitam (merah) maka warna juga menjadi merah..
Nah, yang menarik disini adalah ambisi pemerintah Korea terutama istansi terkait untuk menjadikan minuman ini mendunia, mungkin ingin meniru sake dari Jepang atau champagne dan anggur dari Eropa. Untuk mencapai hal itu, berbagai usaha telah dilakukan, termasuk menjadikan minuman ini sebagai minuman dalam jamuan kenegaraan, minuman dalam penerbangan suatu perusahaan penerbangan Korea dan lainnya.
Kalau berhasil..tentu ini adalah hal yang luar biasa. Bayangkan minuman "petani" ini (pada jamannya minuman ini lebih populer dikalangan petani), menjadi minuman global.
Suatu hal yang positif dalam mempromosikan minuman ini adalah dukungan dari media massa Korea dalam mendukung program-program pemerintah yang menyangkut ambisi Korea untuk lebih dikenal dunia. Walaupun terkesan terlalu berlebihan atau bombastis, media Korea tidak akan malu-malu mengatakan bahwa minuman ini telah dikenal baik warga Amerika, misalnya, walaupun sebenarnya yang minum adalah warga Korea yang tinggal di Amerika, atau hanya 100 orang dari sekian ratus juta penduduk Amerika.
Seperti saya katakan, dalam hal ini tetap ada aspek positif yang bisa kita ambil. Misalnya, Indonesia yang memiliki begitu banyak dan beragam jenis minuman (baik tradisional maupun tidak) tentunya harus lebih dikenal dunia atau mengglobal. Dari buah-buahan saja kita bisa membuat puluhan jenis minuman yang negara lain tidak bisa buat karena mereka memang tidak memiliki bahannya, belum lagi tumbuhan lainnya... bayangkan...
Namun...tentu untuk mencapai semua itu kita juga perlu kerjasama. Kerjasama antara petani, pengusaha, pemerintah, media massa dan pihak terkait lainnya...Kita perlu kerja keras !!
Ada beberapa teman saya dari Korea, yang sudah pernah berkunjung atau tinggal untuk sementara di Indonesia yang mengatakan, "Indonesia akan sulit mencapai kemajuan seperti yang dicapai Korea, karena alamnya terlalu kaya sehingga walaupun rakyatnya tidak bekerja keras, juga tetap dapat bertahan hidup". Mungkin pendapat teman saya itu ada benarnya. Karena kondisi alam dan sosial serta budaya kita kita jadi "manja" dan "terlena" hingga lupa kalau ada banyak kekayaan yang bisa kelola sendiri untuk kesejahteraan kita sendiri.
Bisa ? InsyaAllah !!!
Tuesday, October 27, 2009
Monday, October 19, 2009
Suku Cia-cia Buton dan Huruf Hangeul
Beberapa waktu lalu sebuah suku yang menghuni sebuah daerah di Buton menjadi berita utama bahkan masuk kategori berita internasional di media-media Korea. Nama suku itu adalah Cia-cia. Mungkin sebagian besar orang Indonesia belum pernah mendengar nama suku itu. Tapi mengapa mereka menjadi topik pembicaraan di Korea ? Bahkan presiden Lee Myung-bak sendiri pernah menyebut-nyebut nama suku itu dalam peringatan hari penciptaan huruf Korea Hangeul tanggal 9 Oktober lalu.
Penyebabnya adalah suku Cia-cia (pemda) ternyata telah menandatangani suatu kesepakatan untuk menjadikan huruf hangeul sebagai huruf resmi dalam menuliskan bahasa daerah mereka. Katanya alasannya adalah khawatir bahasa daerah suku Cia-cia akan punah, jadi untuk melestarikannya mereka perlu memiliki huruf sendiri untuk menuliskan bahasanya. Secara pribadi saya melihat alasan ini terlalu dibuat-buat alias kurang logis. Pertanyaannya adalah sudah berapa tahun suku atau bahasa Cia-cia hidup dibumi Buton ? Apakah selama ini mereka mengalami hambatan dalam berkomunikasi atau menuliskan bahasa daerah mereka ? Apakah selama ini ada gejala bahasa itu akan punah kalau dituliskan dengan huruf latin ? Apakah tidak ada huruf asli yang berasal dari wilayah negeri tercinta yang dapat digunakan untuk menuliskan bahasa mereka (huruf jawa, batak, bali dll) ? Mengapa harus menggunakan huruf negara lain yang jelas tidak mempunyai hubungan sejarah apapun dengan keberadaan suku tersebut ? dan banyak lagi pertanyaan yang harus dijawab.
Bagi bangsa Korea sendiri diterimanya huruf hangeul oleh suku Cia-cia sebagai bahasa tulis mereka adalah suatu keberhasilan yang luar biasa (ini yang pertama di dunia). Kita semua tahu bahwa saat ini pemerintah Korea sedang gencar-gencarnya mengglobalisasikan budaya Korea termasuk bahasanya. Belajar suatu bahasa asing itu adalah suatu keharusan dalam era globalisasi sekarang, namun menerima huruf bangsa lain untuk menjadi huruf resmi bahasa (daerah) kita adalah suatu "penghianatan" terhadap para leluhur kita yang sudah menurunkan bahasa itu sejak jaman dahulu kala. Melestarikannya ? Pasti Perlu. Kalau belum punya huruf, ya ciptakan huruf. Sulit ? Tidak bisa ? Perlu waktu ? Ya...ambillah huruf daerah yang masih memiliki hubungan sejarah (darah) dengan bahasa kita.
Kita semua tahu bahwa keberhasilan Korea saat ini adalah berkat kerja keras dan rasa kebangsaan (nasionalisme) serta patriotisme yang sudah berakar sejak dahulu kala. Karena rasa nasionalisme dan patriotisme yang kuat itulah, maka bangsa Korea yang masih tinggal di Korea akan selalu mengelu-elukan atau membangga-banggakan warga negara lain yang masih keturunan Korea. Walaupun seseorang itu sudah menjadi warga negara lain dan kalau dia berhasil maka masyarakat Korea terutama medianya akan selalu menyebut orang tersebut sebagai orang Korea, anda bisa bayangkan kalau Barack Obama pernah tinggal di Korea, apa kata dunia...eh maksud saya media Korea ????
Nah kalau bangsa Korea memiliki nasionalisme dan patriotisme yang kuat, mengapa kita tidak ??? Silahkan renungkan wahai anak-anak bangsaku !!!!
Sekarang kita tidak perlu mencari kambing hitamnya (karena kalau sengaja dicari harganya jadi mahal heheh...). Kita tidak perlu mempertanyakan apa yang sudah diterima atau didapatkan warga atau pemda Cia-cia dari pemerintah atau Lembaga Pusat Bahasa Korea sehingga mereka bersedia menerima huruf hangeul sebagai huruf resmi mereka. Kalau alasannya keadaan ekonomi di daerah setempat atau imbalannya lainnya, betapa kasihannya kondisi bangsa kita.
Mari kita bangkit tunjukkan kepada dunia kalau kita masih punya harga diri, kalau kita juga adalah bangsa yang bermartabat, bangsa yang mempunyai nilai-nilai budaya yang harus dilestarikan. Mana nasionalisme dan patriotisme mu, wahai anak Ibu Pertiwi tercinta....
Penyebabnya adalah suku Cia-cia (pemda) ternyata telah menandatangani suatu kesepakatan untuk menjadikan huruf hangeul sebagai huruf resmi dalam menuliskan bahasa daerah mereka. Katanya alasannya adalah khawatir bahasa daerah suku Cia-cia akan punah, jadi untuk melestarikannya mereka perlu memiliki huruf sendiri untuk menuliskan bahasanya. Secara pribadi saya melihat alasan ini terlalu dibuat-buat alias kurang logis. Pertanyaannya adalah sudah berapa tahun suku atau bahasa Cia-cia hidup dibumi Buton ? Apakah selama ini mereka mengalami hambatan dalam berkomunikasi atau menuliskan bahasa daerah mereka ? Apakah selama ini ada gejala bahasa itu akan punah kalau dituliskan dengan huruf latin ? Apakah tidak ada huruf asli yang berasal dari wilayah negeri tercinta yang dapat digunakan untuk menuliskan bahasa mereka (huruf jawa, batak, bali dll) ? Mengapa harus menggunakan huruf negara lain yang jelas tidak mempunyai hubungan sejarah apapun dengan keberadaan suku tersebut ? dan banyak lagi pertanyaan yang harus dijawab.
Bagi bangsa Korea sendiri diterimanya huruf hangeul oleh suku Cia-cia sebagai bahasa tulis mereka adalah suatu keberhasilan yang luar biasa (ini yang pertama di dunia). Kita semua tahu bahwa saat ini pemerintah Korea sedang gencar-gencarnya mengglobalisasikan budaya Korea termasuk bahasanya. Belajar suatu bahasa asing itu adalah suatu keharusan dalam era globalisasi sekarang, namun menerima huruf bangsa lain untuk menjadi huruf resmi bahasa (daerah) kita adalah suatu "penghianatan" terhadap para leluhur kita yang sudah menurunkan bahasa itu sejak jaman dahulu kala. Melestarikannya ? Pasti Perlu. Kalau belum punya huruf, ya ciptakan huruf. Sulit ? Tidak bisa ? Perlu waktu ? Ya...ambillah huruf daerah yang masih memiliki hubungan sejarah (darah) dengan bahasa kita.
Kita semua tahu bahwa keberhasilan Korea saat ini adalah berkat kerja keras dan rasa kebangsaan (nasionalisme) serta patriotisme yang sudah berakar sejak dahulu kala. Karena rasa nasionalisme dan patriotisme yang kuat itulah, maka bangsa Korea yang masih tinggal di Korea akan selalu mengelu-elukan atau membangga-banggakan warga negara lain yang masih keturunan Korea. Walaupun seseorang itu sudah menjadi warga negara lain dan kalau dia berhasil maka masyarakat Korea terutama medianya akan selalu menyebut orang tersebut sebagai orang Korea, anda bisa bayangkan kalau Barack Obama pernah tinggal di Korea, apa kata dunia...eh maksud saya media Korea ????
Nah kalau bangsa Korea memiliki nasionalisme dan patriotisme yang kuat, mengapa kita tidak ??? Silahkan renungkan wahai anak-anak bangsaku !!!!
Sekarang kita tidak perlu mencari kambing hitamnya (karena kalau sengaja dicari harganya jadi mahal heheh...). Kita tidak perlu mempertanyakan apa yang sudah diterima atau didapatkan warga atau pemda Cia-cia dari pemerintah atau Lembaga Pusat Bahasa Korea sehingga mereka bersedia menerima huruf hangeul sebagai huruf resmi mereka. Kalau alasannya keadaan ekonomi di daerah setempat atau imbalannya lainnya, betapa kasihannya kondisi bangsa kita.
Mari kita bangkit tunjukkan kepada dunia kalau kita masih punya harga diri, kalau kita juga adalah bangsa yang bermartabat, bangsa yang mempunyai nilai-nilai budaya yang harus dilestarikan. Mana nasionalisme dan patriotisme mu, wahai anak Ibu Pertiwi tercinta....
Subscribe to:
Posts (Atom)